Skip to content

Madrasah Intelektual Ahmad Syafii Ma’arif

(MI ASM for Freedom and Humanity)

Indonesia sebagai sebuah bangsa dan Negara tidak lahir dari ruang hampa sejarah. Ada proses dialektika pemikiran yang tak mudah untuk sampai pada titik konsensus dan kehendak hidup bersama dalam bingkai kebangsaan yang utuh.Namun demikian, konsensus tersebut pada hakikatnya senantiasa berada dalam proses “menjadi”, butuh kearifan pikiran dan kejernihan nuranidalam merawat dan mengelola basis eksistensial Negeri ini, agar tetap tegak berdiri sebagai sebuah bangsa dan Negara.

Dalam prosesnya, di fase menjelang 74 tahun (Tahun 2019) usia kemerdekaan, satu hal yang patut disyukuri dari perjalanan sejarah bangsa dan Negara ini adalah melihat Indonesia masih tetap utuh dan bertahan sekalipun ancaman disintegrasi akibat benturan keras konflik kepentingan atas nama agama, suku dan golongan berkali-kali menyeret bangsa ini ke tiang gantungan sejarah. Jika bukan karena komitmen berbangsa dan bernegara yang kuat, tentu saja sudah lama Indonesia kita bernasib serupa dengan beberapa bangsa di belahan dunia lain yanghidup dalam pusaran konflik dan perang yang tak jelas ujung pangkalnya.

Mencermati realitas yang mengemuka saat ini, secara jujur harus diakui bahwa ada sekian catatan kritis dari cara kita hidup dan memaknai kebersamaan sebagai sebuah bangsa. Dimulai dari buruknya perangai elit pemimpin bangsa yang larut dalam praktik kumuh politik kekuasaanhingga mengabaikan etika kebangsaan, menggadaikan martabat diri demi kesenangan kelompok dengan jalan menyengsarakan rakyat banyak. Tak sulit kini menemukan pemimpin-pemimpin yang mempraktekkan seni memperkaya diri dengan menjadikan politik sebagai mata pencaharian, sarana mengeruk keuntungan pribadi dan melanggengkan kuasa, sementara itu fakta keras menunjukkan realitas masyarakat yang hidup dalam gelimang kemiskinan dan kemelaratan ekonomi tanpa keadilan sosial.

Demikian pula, penyalagunaan kekuasaan yang berujung pada korupsi berjamaah,kini telah menjadi warna dan budaya tersendiri di pelbagai lembaga-lembaga Negara, berjalin kelindan dengan menjamurnya politisi yang bervisi pendek dengan syahwat berkuasa yang besar. Dan sudah bukan rahasia lagi, banyak pemimpin yang dimenangkan karena jatah oligarki sekalipun dengan mutu yang merayap dan integritas moral yang bermasalah. Belum lagi menyoal rendahnya perhatian pemimpin Negeri ini dalam menuntaskan masalah-masalah HAM yang bertahun-tahun tanpa penyelesaian dan keadilan hukum.

Tengok juga bagaimana ancaman kebhinekaan yang muncul dari kehidupan beragama yang mengabaikan prinsip perdamaian, ketulusan dan cinta kasih antar sesama. Dan tak jarang, situasi pelik relasi sosial keagamaan seperti ini justru dimanfaatkan elit tertentu sebagai komoditas politik kekuasaan.Sungguh melelahkan betul mengeja borok bangsa sendiri yang tuna nurani dan akal sehatnya ini. Lalu apa artinya kita hidup berbangsa dan bernegara, jika di tanah yang sama ada yang kehilangan masa depan untuk hidup yang lebih baik. Sampai sejauh mana kita bisa terus menjaga warisan Indonesia ini untuk tetap utuh dan bersatu dalam spirit hidup berbangsa dan bernegara, jika situasi bobrok ini tak kunjung berakhir.Pertanyaan demi pertanyaan ini penting untuk terus diajukan kepada segenap anak bangsa ini apabila masih berharap Indonesia kita dapat berumur panjang hingga di masa-masa mendatang. 

Di tengah buramnya persoalan kebangsaan, Buya Ahmad Syafii Maarif adalah satu diantara tokoh bangsa yang tetap komitmen menjaga nyala api optimisme akan kelangsungan eksistensi bangsa ini, sekalipundi tengah situasi bangsa yang mengidap sakit akut. Buya tak pernah berhenti, atau pun rehat barang sejenak untuk mengetuk nurani pemimpin negeri ini agar keluar dari jurang persoalan dan serius melayarkan biduk kehidupan bersama bangsa ini ke arah masa depan yang lebih baik, sekalipun–dalam beberapa kali pengakuan Buya–otak dan hatinya sudah sangat lelah dengan keadaan ini. meskipuntesis utama pemikiran Buya Syafii berkenaan dengan sintesa keislaman, keindonesiaan dan kemanusiaan, namun spirit moral-kemanusiaan sebagaimana terepresentasikan dalam pelbagai catatan kritisnya ihwal persoalan kebangsaan juga menjadi substansi yang tak terpisahkan dari pemikiran Buya Syafii.

Perhatian intelektual Buya Ahmad Syafii Maarif yang sangat besar terhadap masa depan bangsa ini, terformulasikan dengan ungkapan, “Indonesia kita harus tetap bertahan sampai sehari sebelum hari kiamat”. Spirit yang sama juga mengilhami DPD IMM Sulawesi Utara dalam konteks gerakan kebangsaan. Sebagai organisasi yang lahir dari pergulatan sejarah dan dinamika kebangsaan, IMM memiliki sense of crisis yang tinggi terhadap perkembangan situasi negeri ini dari waktu ke waktu. Dalam konteks gerakan DPD IMM Sulut, salah satu langkah yang diambil adalah dengan melakukan proses kaderisasi intelektual yang secara masif dan berkelanjutan melalui Madrasah Intelektual Ahmad Syafii Maarif, Lembaga Semi Otonom DPD IMM Sulawesi Utara di bawah Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK).

Dengan bersandar pada spirit intelektualisme Buya Syafii, proses kaderisasi inisecara konsisten akan berfokus pada pengembangan intelektual–membentuk perspektif pemikiran yang kritis, terbuka, modern, inklusif, pluralis dan humanis–yang diarahkan pada pembacaan secara kritis persoalan-persoalan kebangsaan hari ini. Dengan demikian, kader-kader diharapkan dapat tumbuh dengan kesadaran kebangsaan dalam kerangka moral kemanusiaan yang tinggi. Tentu, ini merupakan sebuah proyeksi jangka panjang.

Sebab, kader dengan spirit intelektual dan karakter diri sebagaimana teladan Buya Syafii tidak tumbuh dari proses karbitan. dibutuhkan energi dan daya tahan mental, intelektual dan moral yang kuat di tengah dinamika kehidupan. Dengan proses ini juga, bukan tidak mungkin di masa depan DPD IMM Sulut akan ikut memberikan sumbangsi bagi lahirnya kader-kader pemimpin bangsa yang telah teruji secara intelektual, integritas moral dan kapasitas kepemimpinannya.

VISI & MISI

Visi

Visi menjadikan Madrasah Intelektual ASM sebagai pusat gerakan Keilmuan dan pembaruan pemikiran yang berbasis pada intelektualisme Ahmad Syafii Maarif

Misi :

  1. Mendorong keterbukaan dan pembaruan pemikiran
  2. Mentransformasikan intelektualisme Ahmad Syafii Maarif yang egaliter, inklusif, toleran, dan non diskriminasi
  3. Mengaktualisasikan nilai-nilai kebebasan, keadaban dan HAM